Selamat datang di blog Artikel Perawat

Kesehatan adalah milik semua orang. Upayakan yang terbaik untuk kesehatan anda dengan pola hidup dan pengetahuan tentang kesehatan yang baik. Selanjutnya, jika anda mampu upayakanlah kesehatan untuk orang lain sebagaimana mengupayakan kesehatan untuk diri anda. namun, jika anda tidak mampu cobalah untuk berbagi ilmu tentang kesehatan pada mereka.

terimakasih telah berkunjung

Kunjungi juga Partner kami CH GRAPHIC

Infeksi Nosokomial dan kiat-kiat pencegahannya


Apa itu Infeksi nosokomial?
Infeksi nosokomial atau infeksi yang diperoleh dari rumah sakit adalah infeksi yang tidak diderita pasien saat masuk ke rumah sakit melainkan setelah ± 72 jam berada di tempat tersebut (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Infeksi ini terjadi bila toksin atau agen penginfeksi menyebabkan infeksi lokal atau sistemik (Karen Adams & Janet M. Corrigan, 2003). Contoh penyebab terjadinya infeksi nosokomial adalah apabila dokter atau suster merawat seorang pasien yang menderita infeksi karena mikroorganisme patogen tertentu kemudian mikroorganisme dapat ditularkan ketika terjadi kontak (Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen, 2007).

Bagaimakan kriteria infeksi nosokomial itu?
Infeksi yang di dapat dari rumah sakit akan dikatakan sebagai infeksi nosokomial “Hospital acquired infection” apabila memenuhi batasan/kriteria sebagai berikut:
1.            Apabila padawaktu dirawat di RS, tidak dijumpai tanda-tanda klinik infeksi tersebut.
2.            Pada waktu penderita mulai dirawat tidak dalam masa inkubasi dari infeksi tersebut.
3.            Tanda-tanda infeksi baru timbul sekurang-kurangnya 3 x 24 jam sejak mulai dirawat.
4.            Infeksi bukan merupakan sisa (residual) dari infeksi sebelumnya.
5.            Bila pada saat mulai dirawat di RS sudah ada tanda-tanda infeksi, tetapi terbukti bahwa infeksi di dapat penderita pada waktu perawatan sebelumnya dan belum pernah dilaporkan sebagai indeksi nosokomial.

Apa hal yang dapat dilakukan untuk meminimalisir infeksi nosokomial?
Infeksi pada dasarnya adalah masalah kesehatan yang timbul pada tubuh dan disebabkan oleh agen penyebab infeksi. Hal-hal yang dilakukan untuk meminimalisir pada initinya adalah upaya untuk menghindarkan tubuh dari antigen tersebut. Beberapa kiat-kiatnya adalah sebagai beriku:
1.            Mencuci tangan
Umumnya setiap ruangan di rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas mencuci tangan. Fasilitas tersebut dapat berupa westafel maupun cairan desinfektan yang ditaruh pada salah satu sisi dinding. Upayakan untuk mencuci tangan anda sebelum dan sesudah keluar dari ruangan perawatan.
Pada tenaga kesehatan juga dikenal istilah 5 momen cuci tangan, yakni:
- Sebelum kontak dengan pasien,
- Sebelum tindakan aseptik,
- Setelah terkena cairan tubuh pasien,
- Setelah kontak dengan pasien,
- Setelah kontak dengan linkungan di sekitar pasien

2.            Penggunaan APD (Alat Pelindung Diri)
Penggunaan APD merupakan upaya dari tenaga medis untuk menghindarkan diri dari infeksi, baik melindungi diri sendiri dari paparan infeksi maupun menghindarkan orang sehat dari infeksi akibat kontak dengan tenaga medis yang telah melakukan kontak dengan agen infeksi. Hal ini umumnya disebut sebagai universal precaution.
Komponen utama dari kiat-kiat ini tidak lepas dari alat perlindungan berupa masker mulut, sarung tangan, baju pelindung atau sarung tangan, topi, atau bahkan kacamata khusus.

3.            Melakukan suntik vaksin
Suntik vaksin adalah salah satu hal penting untuk meningkatkan kekebalan tubuh. Umumnya setiap orang telah mendapatkan hal ini pada program pemerintah tentang imunisasi.
Vaksin yang biasa dilakukan untuk tenaga kesehatan umumnya adalah hepatitis B. vaksin ini biasa dilakukan sebelum seorang tenaga kesehatan menjalankan tugasnya di rumah sakit. Tidak hanya tenaga kesehatan professional, para praktikan yang sedang menempuh studi biasanya juga akan melakukan vaksin ini sebelum melakukan dinas atau orientasi praktik klinik.

4.            Mengkonsumsi suplemen
Infeksi timbul setelah agen infeksi melakukan infasi ke tubuh. Berhasi atau tidaknya infasi ini ditentukan oleh kekebalan (daya tahan) tubuh selama masa inkubasi. Vitamin C atau multivitamin sangat baik dikonsumsi untuk menjaga daya tahan tubuh anda agar tidak mudah terserang infeksi. Terutama jika anda sedang menjalani aktivitas yang berkaitan dengan pasien-pasien infeksi di rumah sakit.

5.            Pemakaian toilet rumah sakit.
Upayakan untuk seminimal mungkin memakai toilet rumah sakit yang telah dipergunakan oleh para pasien yang sedang menjalani perawatan intensif. Terutama pada pagi hari sebelum fasilitas ini mendapat tindakan pembersihan oleh petugas.

6.            Limbah Medis
Pembuangan limbah di rumah sakit akan dibedakan antara limbah medis, non medis, dan limbah tajam dan kaca (sisa/bekas alat medis). Sangat penting untuk mematuhi ha ini karena menyangkut bagaimana tindak lanjut pengolahan limbahnya yang akan diperlakukan secara berbeda.




Well, beberapa hal di atas pada dasarnya adalah upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi nosokomial. Di luar itu masih banyak hal-hal lain yang menjadi faktor penyebab infeksi ini.
Jelasnya semua pihak baik tenaga kesehatan, pasien, maupun pihak-pihak lain yang berinteriraksi dengan rumah sakit memiliki andil dalam penyebaran infeksi ini. Sebaliknya, setiap orang tersebut juga dapat meminimalisir pencegahan infeksi ini, dengan pengetahuan dan sikap yang bijak terhadap diri sendiri maupun semua hal disekitarnya ketika berada di rumah sakit.

Semoga Bermanfaat.






Daftar Pustaka
Committee on Identifying Priority Areas for Quality Improvement, Karen Adams, Janet M. Corrigan (2003). Priority Areas for National Action: Transforming Health Care Quality. National Academies Press.

Steven Jonas, Raymond L. Goldsteen, Karen Goldsteen (2007). Introduction to the US health care system. Springer Publishing Company.
Continue Reading

Cedera servikal dan tanda Tanda Gejalanya

Definisi Cedera Medula Spinalis (Cedera Servikal)

Image source: http://www.susanbaxley.com/wp-content/uploads/2010/07/DSC_0668.jpg

Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang sering kali disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai daerah L1-2 dan/atau dibawahnya maka akan dapat mengakibatkan hilangnya fungsi motorik dan sensorik serta kehilangan fungsi defekasi dan berkemih. (Doengoes, 1999; 338)
Susunan tulang pada manusia terdiri dari berbagai macam tulang di antaranya tulang vertebra (servikal, torakal, lumbal, sakral, koksigis). Tulang servikalis terdiri dari 7 tulang yaitu C1 atau atlas, C2 atau axis, C3, C4, C5, C6 dan C7. Apabila cidera pada bagain servikal akan mengakibatkan terjadinya trauma servikal.di mana trauma servikal merupakan keadaan cidera pada tulang bekalang servikal dan medulla spinalis yang disebabkan oleh dislokasi, sublukasi atau frakutur vertebra servikalisdan di tandai kompresi pada medulla spinal daerah servikal (Muttaqin, 2011).
Cedera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang disebabkan oleh benturan pada daerah medulla spinalis. (smeltzer, 2001 ; )

Tanda Gejala
Menurut menurut ENA (2000 : 426), tanda dan gejala adalah sebagai berikut:
1.      Pernapasan dangkal
2.      penggunaan otot-otot pernapasan
3.      pergerakan dinding dada
4.      Hipotensi (biasanya sistole kurang dari 90 mmHg)
5.      Bradikardi
6.      Kulit teraba hangat dan kering
7.      Poikilotermi (Ketidakmampuan mengatur suhu tubuh, yang mana suhu tubuh bergantung pada suhu lingkungan)
8.      kehilangan sebagian atau keseluruhan kemampuan bergerak
9.      Kehilangan sensasi
10.  terjadi paralisis, paraparesis, paraplegia atau quadriparesis/quadriplegia
11.  adanya spasme otot, kekakuan



Daftar Pustaka
Doengoes, Marilynn E. 1999.  Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.  Edisi 3, EGC : Jakarta
ENA. 2000. Emergency Nursing Core Curriculum. 5thED. USA: WB.Saunders Company
Muttaqin, Arif. 2007. Pengantar Asuhan Keperawatan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba

Smeltzer,C.S. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8. Jakarta: EGC
Continue Reading

Penanganan awal dekubitus dari segi keperawatan


Pengertian Dekubitus
Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti merebahkan diri yang didefenisikan sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam (Sabandar, 2008). (National pressure Ulcer Advisory panel (NPUAP), 1989 dalam Potter & perry, 2005) mengatakan dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama. Terjadi gangguan mikrosirkulasi jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksia jaringan. Jaringan memperoleh oksigen dan nutrisi serta membuang sisa metabolisme melalui darah. Beberapa faktor yang mengganggu proses ini akan mempengaruhi metabolisme sel dengan cara mengurangi atau menghilangkan sirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemi jaringan.

Penatalaksanaan Dekubitus oleh Perawat
Penatalaksanaan klien dekubitus memerlukan pendekatan holistik yang menggunakan keahlian pelaksana yang berasal dari beberapa disiplin ilmu kesehatan. Selain perawat, keahlian pelaksana termasuk dokter, ahli fisiotrapi, ahli terapi okupasi, ahli gizi, dan ahli farmasi. Beberapa aspek dalam penatalaksanaan dekubitus antara lain perawatan luka secara lokal dan tindakan pendukung seperti gizi yang adekuat dan cara penghilang tekanan (Potter & Perry, 2005).
Selama penyembuhan dekubitus, maka luka harus dikaji untuk lokasi, tahap, ukuran, traktusinus, kerusakan luka, luka menembus, eksudat, jaringang nekrotik, dan keberadaan atau tidak adanya jaringan granulasi maupun epitelialisasi. Dekubitus harus dikaji ulang minimal 1 kali per hari. Pada perawatan rumah banyak pengkajian dimodifikasi karena pengkajian mingguan tidak mungkin dilakukan oleh pemberi perawatan. Dekubitus yang bersih harus menunjukkan proses penyembuhan dalam waktu 2 sampai 4 minggu (Potter & Perry, 2005).

Rencana Kerja Dalam Pencegahan dan Penatalaksanaan Dekubitus
1.      Mengkaji Praktik Lokal Untuk Pencegahan Dekubitus
Apabila seorang pasien menderita dekubitus setelah ia masuk ke bangsal dan penyebabnya tidak dapat dilacak dengan cepat berdasarkan kejadian yang terjadi sebelum masuk ke bangsal (seperti tidak sadarkan diri di rumah akibat koma diebetikum ataupun berbaring dalam jangka waktu lama pada satu tempat akibat fraktur) maka sangatlah berguna seorang perawat untuk meninjau ulang praktik lokal yang umum untuk pencegahan dekubitus. Hanya satu kekeliruan yang di butuhkan dalam merubah seorang pasien menjadi benar-benar menderita dekubitus, hal ini yang menjadi alasan mengapa setiap bangsal perlu memiliki standar yang sama terhadap pasien-pasien yang memiliki resiko atau bahkan indikasi dekubitus.

2.      Mempertahankan integritas kulit,
kebersihan kulit harus tetap terjaga. Pasien mengalami inkontensia urine atau fekal, tidak baik mendapatkan treatment pembersihan secara berlebihan dengan zat-zat yan mengandung detergen seperti sabun dan sebagainya. Selain itu, Hindari juga menggosok bagian kulit yang lembut. Hal ini dapat menyebabkan percepatan dekubitus.
Hal lain dari upaya mempertahankan integritas kulit adalah mengatur kelembaban kulit. Terutama pada daeran yang berpotensi dekubitus seperti pinggang, bokong, dan tumit. Kering dan bersih adalah saran yang paling utama untuk poin ini.

3.      Perpindahan posisi
Hal ini adalah bagian paling umum dalam perawatan dekubitus. memantau luka dan memindahkan posisi secara berkala merupakan hal yang penting dalam komponen perawatan klien dengan dekubitus. Mengapa? Karena pada dasarnya dekubitus merupakan kerusakan integritas kulit dan jaringan akibat penekanan beban tubuh yang terlalu lama.

4.      Mempertahankan asupan nutrisi
Dengan bantuan ahli diet lakukan pengkajian status nutrisi pasien dan semua diet khusus yang diperlukan untuk memperbaiki kebutuhan.

5.      Lakukan identifikasi dan coba untuk mengkoreksi setiap masalah yang berhubungan dengan tidur
6.      Jangan lupakan pentingnya dukungan psikologis.

DAFTAR PUSTAKA
repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24965/4/Chapter%20II.pdf


Continue Reading

HOME CARE dan Bentuk-Bentuk layanannya


A.    Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah berkembang, sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan lebih lama di rumah sakit.
Lama perawatan di rumah sakit telah menurun secara dramatis dalam era peningkatan biaya keperawatan kesehatan, potongan anggaran yang besar, managed care, perkembangan teknologi yang cepat, dan pemberian pelayanan yang maju, karena penyebab langsung, atau efek langsung dari variabel ini, industri perawatan di rumah menjadi alat untuk menurunkan biaya dan lama perawatan. Akibatnya, industri perawatan di rumah berkembang menjadi masalah yang kompleks dan harus diatasi dengan  perhatian yang besar bila salah satu tujuannya adalah memberi hasil yang terbaik bagi setiap individu.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).
Hasil kajian Depkes RI tahun 2000 diperoleh hasil : 97,7 % menyatakan perlu dikembangkan pelayanan kesehatan di rumah, 87,3 % mengatakan bahwa perlu standarisasi tenaga, sarana dan pelayanan, serta 91,9 % menyatakan pengelola keperawatan kesehatan di rumah memerlukan izin operasional. Berbagai faktor yang mendorong perkembangan pelayanan keperawatan kesehatan dirumah antara lain: Kebutuhan masyarakat, perkembangan IPTEK bidang kesehatan, tersedianya SDM kesehatan yang mampu memberi pelayanan kesehatan di rumah.
Berdasarkan data di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan keperawatan telah memiliki banyak kemajuan. Kebutuhan akan layanan keperawatan yang lebih fleksibel tanpa harus menjadi peserta perawatan intensif di rumah sakit juga menjadi salah satu perhatian dalam dunia keperawatan. Kebutuhan masyarakat akan layanan tersebut dapat terfasilitasi dengan danya layanan home care yang baik dan professional dari perawat sebagai pelaku utama dalam layanan kesehatan ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa definisi home care?
2.      Bagaimana bentuk-bentuk layanan home care di Indonesia?
3.      Bagaimana contoh kasus dan masalah kesehatan yang memerlukan layanan home care?
4.      Apa saja manfaat home care?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan umum
Berdasarkan latar belakang masalah, makalah ini bertujuaun untuk mengetahui lebih lanjut apa itu home care dan bentuk-bentuk layanan home care sesuai permasalah kesehatan yang ada.
2.      Tujuan khusus
Adapun tujuan khusus yang terdapat dalam makalah ini antara lain adalah sebagai berikut:
a.       mengetahui definisi home care
b.      mengenal bentuk-bentuk layanan home care di Indonesia
c.       Meninjau masalah kesehatan yang memerlukan layanan home care
d.      Mengetahui manfaat home care





A.    Definisi Home Care
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien, individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanani rumah melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak (Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan di Rumah. Oleh PPNI dan DEPKES).
Sherwen (1991) mendefinisikan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian integral dari pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu individu, keluarga dan masyarakat mencapai kemandirian dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang mereka hadapi. Sedangkan Stuart (1998) menjabarkan perawatan kesehatan di rumah sebagai bagian dari proses keperawatan di rumah sakit, yang merupakan kelanjutan dari rencana pemulangan (discharge planning), bagi klien yang sudah waktunya pulang dari rumah sakit. Perawatan di rumah ini biasanya dilakukan oleh perawat dari rumah sakit semula, dilaksanakan oleh perawat komunitas dimana klien berada, atau dilaksanakan oleh tim khusus yang menangani perawatan di rumah.

B.     Bentuk – Bentuk Layanan Home Care
Menurut Rice R (2001) jenis kasus yang dapat dilayani pada perawatan kesehatan di rumah meliputi kasus-kasus yang umum pasca perawatan di rumah sakit dan kasus-kasus khusus yang di jumpai di komunitas.
Kasus umum yang merupakan pasca perawatan di rumah sakit adalah:
·         Klien dengan penyakit obstruktif paru kronis,
·         Klien dengan penyakit gagal jantung,
·         Klien dengan gangguan oksigenasi,
·         Klien dengan perlukaan kronis,
·         Klien dengan diabetes,
·         Klien dengan gangguan fungsi perkemihan,
·         Klien dengan kondisi pemulihan kesehatan atau rehabilitasi,
·         Klien dengan terapi cairan infus di rumah,
·         Klien dengan gangguan fungsi persyarafan,
·         Klien dengan HIV/AIDS.
Sedangkan kasus dengan kondisi khusus, meliputi :
·         Klien dengan post partum,
·         Klien dengan gangguan kesehatan mental,
·         Klien dengan kondisi usia lanjut,
·         Klien dengan kondisi terminal.


1.      Berdasarkan fokus masalah kesehatan
Berdasarkan jenis  malasah kesehatan yang dialami oleh klien, pelayanan keperawatan di rumah (home care) di bagi tiga kategori yaitu :
a.       Layanan perawatan klien sakit
Keperawatan klien yang sakit di rumah merupakan jenis yang paling banyak dilaksanakan pada pelayanan keperawatan di rumah sesuai dengan alasan kenapa perlu di rawat di rumah. Individu yang sakit memerlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kesehatannya dan mencegah tingkat keparahan sehingga tidak perlu di rawat di rumah sakit.
b.      Layanan berbasis promotif dan preventif
Pelayanan atau asuhan kesehatan masyarakat yang fokusnya pada promosi dan prevensi. Pelayanannya mencakup mempersiapkan seorang ibu bagaimana merawat bayinya setelah melahirkan, pemeriksaan berkala tumbuh kembang anak, mengajarkan lansia beradaptasi terhadap proses menua, serta tentag diet mereka.
c.       Pelayanan atau asuhan spesialistik yang mencakup pelayanan pada penyakit-penyakit terminal misalnya kanker, penyakit-penyakit kronis seperti diabetes, stroke, hipertensi, masalah-masalah kejiwaan dan asuhan paa anak. 


2.      Berdasarkan institusi penyelenggara
Ada beberapa jenis institusi yang dapat memberikan layanan Home Care (HC), antara lain:
a.        Institusi Pemerintah
Di Indonesia pelayanan Home Care (HC) yang telah lama berlangsung dilakukan adalah dalam bentuk perawatan kasus/keluarga resiko tinggi (baik ibu, bayi, balita maupun lansia) yang akan dilaksanakan oleh tenaga keperawatan puskesmas (digaji oleh pemerintah). Klien yang dilayani oleh puskesmas biasanya adalah kalangan menengah ke bawah. Di Amerika hal ini dilakukan oleh Visiting Nurse (VN)

b.       Institusi Sosial
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dengan sukarela dan tidak memungut biaya. Biasanya di lakukan oleh LSM atau organisasi keagamaan dengan penyandang dananya dari donatur, misalnya Bala Keselamatan yang melakukan kunjungan rumah kepada keluarga yang membutuhkan sebagai wujud pangabdian kepadan Tuhan.

c.        Institusi Swasta
Institusi ini melaksanakan pelayanan Home Care (HC) dalam bentuk praktik mandiri baik perorangan maupun kelompok yang menyelenggarakan pelayanan HC dengan menerima imbalan jasa baik secara langsung dari klien maupun pembayaran melalui pihak ke tiga (asuransi). Sebagaimana layaknya layanan kesehatan swasta, tentu tidak berorientasi “not for profit service”

d.       Home Care (HC) Berbasis Rumah Sakit (Hospital Home Care)
Merupakan perawatan lanjutan pada klien yang telah dirawat dirumah sakit, karena masih memerlukan bantuan layanan keperawatan, maka dilanjutkan dirumah. Alasan munculnya jenis program ini selain apa yang telah dikemukakan dalam alasan Home Care (HC) diatas, adalah :
-  Ambulasi dini dengan resiko memendeknya hari rawat, sehingga kesempatan untuk melakukan pendidikan kesehatan sangat kurang (misalnya ibu post partum normal hanya dirawat 1-3 hari, sehingga untuk mengajarkan bagaimana cara menyusui yang baik, cara merawat tali pusat bayi, memandikan bayi, merawat luka perineum ibu, senam post partum, dll) belum dilaksanakan secara optimum sehingga kemandirian ibu masih kurang.
-  Menghindari resiko infeksi nosokomial yang dapat terjadi pada klien yang dirawat dirumah sakit.
-  Makin banyaknya penyakit kronis, yang bila dirawat di RS tentu memerlukan biaya yang besar
-  Perlunya kesinambungan perawatan klien dari rumah sakit ke rumah, sehingga akan meningkatkan kepuasan klien maupun perawat. Hasil penelitian dari “Suharyati” staf dosen keperawatan komunitas PSIK Univ. Padjajaran Bandung di RSHS Bandung menunjukkan bahwa konsumen RSHS cenderung menerima program HHC (Hospital Home Care) dengan alasan ; lebih nyaman, tidak merepotkan, menghemat waktu & biaya serta lebih mempercepat tali kekeluargaan (Suharyati, 1998)

3.      Berdasarkan Pemberi Layanan
a.      Dokter
Pemberian Home Care harus berada di bawah perawatan dokter. Dokter harus sudah menyetujui rencana perawatan sebelum perawatan diberikan kepada pasien. Rencana perawatan meliputi: diagnosa, status mental, tipe pelayanan dan peralatan yang dibutuhkan, frekuensi kunjungan, prognosis, kemungkinan untuk rehabilitasi, pembatasan fungsional, aktivitas yang diperbolehkan, kebutuhan nutrisi, pengobatan, dan perawatan.
b.      Perawat
Bidang keperawatan dalam home care, mencakup fungsi langsung dan tidak langsung. Direct care yaitu aspek fisik actual dari perawatan, semua yang membutuhkan kontak fisik dan interaksi face to face. Aktivitas yang termasuk dalam direct care mencakup pemeriksaan fisik, perawatan luka, injeksi, pemasangan dan penggantian kateter, dan terapi intravena. Direct care juga mencakup tindakan mengajarkan pada pasien dan keluarga bagaimana menjalankan suatu prosedur dengan benar. Indirect care terjadi ketika pasien tidak perlu mengadakan kontak personal dengan perawat. Tipe perawatan ini terlihat saat perawat home care berperan sebagai konsultan untuk personil kesehatan yang lain atau bahkan pada penyedia perawatan di rumah sakit.
c.        Physical therapist
Menyediakan perawatan pemeliharaan, pencegahan, dan penyembuhan pada pasien di rumah. Perawatan yang diberikan meliputi perawatan langsung dan tidak langsung. Perawatan langsung meliputi: penguatan otot, pemulihan mobilitas, mengontrol spastisitas, latihan berjalan, dan mengajarkan latihan gerak pasif dan aktif. Perawatan tidak langsung meliputi konsultasi dengan petugas home care lain dan berkontribusi dalam konferensi perawatan pasien.
d.       Speech pathologist
Tujuan dari speech theraphy adalah untuk membantu pasien mengembangkan dan memelihara kemampuan berbicara dan berbahasa. Speech pathologist juga bertugas memberi konsultasi kepada keluarga agar dapat berkomunikasi dengan pasien, serta mengatasi masalah gangguan menelan dan makan yang dialami pasien.
e.       Social wolker (pekerja social)
Pekerja social membantu pasien dan keluarga untuk menyesuaikan diri dengan faktor sosial, emosional, dan lingkungan yang berpengaruh pada kesehatan mereka.
f.         Homemaker/home health aide
Tugas dari home health aide adalah untuk membantu pasien mencapai level kemandirian dengan cara sementara waktu memberikan personal hygiene. Tugas tambahan meliputi pencahayaan rumah dan keterampilan rumah tangga lain (Bukit, 2008).

C.    Manfaat Home Care
Manfaat dari pelayanan Home Care bagi pasien antara lain :
1.      Pelayanan akan lebih sempurna, holistik dan komprenhensif.
2.      Pelayanan lebih professional
3.      Pelayanan keperawatan mandiri bisa diaplikasikan dengan di bawah naungan
4.      legal dan etik- keperawatan
5.      Kebutuhan pasien akan dapat terpenuhi sehingga pasien akan lebih nyaman dan puas dengan asuhan keperawatan yang professional (Tribowo, 2012)
1.     Bagi Klien dan Keluarga :
a.     Program Home Care (HC) dapat membantu meringankan biaya rawat inap yang makin mahal, karena dapat mengurangi biaya akomodasi pasien, transportasi dan konsumsi keluarga
b.     Mempererat ikatan keluarga, karena dapat selalu berdekatan pada saat anggoa keluarga ada yang sakit
c.     Merasa lebih nyaman karena berada dirumah sendiri
d.     Makin banyaknya wanita yang bekerja diluar rumah, sehingga tugas merawat orang sakit yang biasanya dilakukan ibu terhambat oleh karena itu kehadiran perawat untuk menggantikannya
2.     Bagi Perawat :
a.     Memberikan variasi lingkungan kerja, sehingga tidak jenuh dengan lingkungan yang tetap sama
b.     Dapat mengenal klien dan lingkungannya dengan baik, sehingga pendidikan kesehatan yang diberikan sesuai dengan situasi dan kondisi rumah klien, dengan begitu kepuasan kerja perawat akan meningkat.
c.     Data dan minat pasien
3.     Bagi Rumah Sakit :
a.     Membuat rumah sakit tersebut menjadi lebih terkenal dengan adanya pelayanan home care yang dilakukannya.
b.     Untuk mengevaluasi dari segi pelayanan yang telah dilakukan
c.     Untuk mempromosikan rumah sakit tersebut kepada masyarakat





DAFTAR PUSTAKA

Depkes. RI. 2002.  Pengembangan Model Praktik Pelayanan Mandiri Keperawatan . Pusgunakes, Jakarta
Depkes, R.I. (2002). Pedoman Penerapan Home Care. Jakarta : Dirjen Pelayanan Medik.
Rice, R. (2000), Home Health Nursing Practice, Concept and Application. California Addison-Wesley Pub Co.

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40379/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada 3 Oktober 2016, 01:30)
Continue Reading